Tanda Seorang Hamba Bisa Meraih Haji Yang Mabrur

Kategori : Haji, Ditulis pada : 05 Juli 2023, 14:56:30

Potret Jemaah Haji Mulai Melaksanakan Tawaf, Pecah Rekor!

Orang yang pergi berhaji pasti bercita-cita meraih haji yang mabrur. Kata Mabrur artinta diterima oleh Allah. Namun sayangnya, bisa saja haji seseorang itu sah sehingga kewajiban berhaji untuknya telah gugur, namun belum meraih haji yang mabrur

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Umrah ke umrah menghapus dosa antara keduanya. Pahala bagi haji mabrur tentu saja adalah surga.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 1773 dan Muslim, no. 1349]


Salah satu keutamaan haji mabrur adalah balasannya mendapatkan surga. Menurut Ibnu ‘Abdil Barr, haji mabrur adalah haji yang dilaksanakan bukan untuk riya’ maupun sum’ah, tidak melakukan rofats (pembicaraan yang mengandung syahwat Bersama istri), tidak berlaku fasik (larangan saat berhaji), dan berhaji dengan harta yang halal.

4 Fakta Padang Arafah, Tempat Wukuf Jemaah Haji Halaman all - Kompas.com

Lalu, seperti apa tanda-tanda haji mabrur?

Nah, bagaimana mengetahui mabrurnya haji seseorang? Apa perbedaan antara haji yang mabrur dengan yang tidak mabrur? Tentunya yang menilai mabrur tidaknya haji seseorang adalah Allah semata. Kita tidak bisa memastikan bahwa haji seseorang adalah haji yang mabrur atau tidak. Para ulama menyebutkan ada tanda-tanda mabrurnya haji, berdasarkan keterangan al-Quran dan al-Hadits, namun itu tidak bisa memberikan kepastian mabrur tidaknya haji seseorang.

Di antara tanda-tanda disebutkan para ulama adalah:

1. Harta yang dipakai berhaji adalah harta yang halal (Ihya Ulumiddin 1/261)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا

“Sungguh Allah baik, tidak menerima kecuali yang baik. (HR. Muslim (1015))

 

2. Melakukan kebaikan dan amalan dengan ikhlas dan sesuai tuntunan Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam

Yakni dengan cara melaksanakan rukun dan kewajiban dan meninggalkan semua larangan. Dan jika terjadi kesalahan, sebaiknya segera melakukan penebusnya sesuai dengan yang telah ditentukan Kemudian diingat pula untuk menjaga niat dan keikhlasan dalam berhaji.

 

3. Ibadah hajinya dipenuhi dengan amalan sholeh

Contoh amalan sholehnya adalah dzikir, sedekah, shalat tepat waktu, saling tolong-menolong dengan sesame dan shalat di Masjidil Haram.

Saat ditanya tentang maksud haji yang mabrur, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:

إِطْعَامُ الطَّعَامِ وَطِيبُ الْكَلاَمِ

“Memberi makan dan berkata-kata baik.” (HR. al-Baihaqi 2/413 (no. 10693))

 

Dari hadist diatas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan amalan yang bisa kita lakukan agar bisa meraih haji mabrur yaitu berkata-kata baik selama haji dan bersedakah seperti memberi makan.

 

Mengenal Sa'i, 7 Kali Bolak Balik Bukit Safa dan Marwah. Bagaimana Jika  Jemaah Haji Lemah, Lansia dan Sakit?

4. Tidak melakukan maksiat selama ihram

Selama berihram, larangan bermaksiat menjadi lebih tegas. Allah Ta’ala berfirman:

الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلاَ رَفَثَ وَلاَ فُسُوقَ وَلاَ جِدَالَ فِي الْحَجِّ

“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang diketahui, barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan-bulan itu untuk mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, fusuq dan berbantah-bantahan selama mengerjakan haji.” (QS. Al-Baqarah : 197)

 

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ حَجَّ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ

“Barang siapa yang haji dan ia tidak rafats dan tidak fusuq, ia akan kembali pada keadaannya saat dilahirkan ibunya.” (HR. Muslim (1350) dan yang lain, dan ini adalah lafazh Ahmad di Musnad (7136))

Adapun Rafats adalah semua bentuk kekejian dan perkara yang tidak berguna. Termasuk bersenggama, bercumbu atau pun hanya membicarakannya, walaupun bersama suami atau istri sendiri selama ihram.

Kemudian Fusuq adalah segala bentu yang keluar dari ketaatan kepada Allah. Dan Jidal adalah berbantah-bantahan secara berlebihan. (Ihya Ulumiddin 1/261)

Ingatlah Sahabat Alhabsyi Travel bahwa 3 hal diatas dilarang selama berihram. Adapun bersenggama dengan suami atau istri sendiri diperbolehkan diluar waktu ihram tersebut.

5. Pulang dari berhaji menjadi semakin baik

Menjadi salah satu ciri diterimanya amal kebaikan di sisi Allah adalah diberikan taufik dan hidayah untuk melakukan lebih banyak kebaikan setelah amalan tersebut. Maka Sahabat Alhabsyi Travel, hendaklah bertaubat setelah haji, semangat menjadi lebih baik, berhati yang bersih, serta istiqomah di jalan kebaikan.

Itulah 5 tanda haji yang mabrur. Namun diingat pula bahwa yang menilai mabrur tidaknya haji seseorang adalah Allah Ta’ala.
wallahu a'lam bishawab

Chat Dengan Kami
built with : https://erahajj.co.id